Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Konsep Toleransi Antar Umat Beragama

Manusia Sebagai Makhluk sosial Dan konsep Toleransi Antar Umat Beragama

 Manusia Sebagai Makhluk sosial Dan konsep Toleransi Antar Umat Beragama Manusia Sebagai Makhluk sosial Dan konsep Toleransi Antar Umat Beragama

(Memahami Tafsir Hubungan Manusia Dengan Sesama Dalam Surat Al Hujurat Ayat 10-13 Dan An Nisa’ Ayat 86)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12) يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13) {الحجرات}10-13

“Orang-orang beriman itu bahwasanya bersaudara, alasannya ialah itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kau menerima rahmat (10)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang kaum menertawakan kumpulan orang yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan yang lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruknya panggilan ialah (panggilan) yang buruk setelah doktrin dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (11)

“Wahai manusia, sesunguhnya Kami membuat kau dari dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kau ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuilagi Maha Mengenal.(13) {Q.S. Al-Hujurat:10-13



baca juga:https:dialog-para-imam-mazhab-soal-hadits


A. Hak Dan Kewajiban Sesama Manusia Sebagai Makhluk Sosial

a. Kandungan surat alhujurat secara umum.

1. Al hujurat ayat 10

Setelah ayat yang sebelumnya memerintahkan untuk melaksanakan perdamaian antara dua kelompok orang-orang beriman, maka dalam ayat diatas menjelaskan mengapa hal itu perlu dilakukan. Hal tersebut perlu dilakukan dan ishlah perlu ditegakkan bagi orang-orang yang beriman meskipun tidak seketurunan. Karena kekerabatan setiap insan merupakan saudara.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ         : dalam duduk kasus agama dan wilayah/ kekuasaa.
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ      : kalau berselisih atau saling membunuh.
وَاتَّقُوا اللَّهَ                  : janganlah kalian bermaksiat kepadanya dan jangan kalian melanggar perintahnya.

2. Al hujurat ayat 11
Ayat ini berafiliasi erat dengan ayat sebelumnya yang menunjukan bahwa orang-orang beriman itu ialah bersaudara yang diibaratkan oleh hadits Nabi sebagai satu tubuh, kalau ada salah satu anggota badan yang sakit maka anggota badan yang lain akan merasakanya. Oleh risikonya seorang muslim dihentikan melecehkan sesama saudara muslim lainnya, lantaran belum tentu yang melecehkan akan  lebih baik 

dari yang dilecehkan mungkin saja yang diejek itu akan lebih nrimo amalnya dan hatinya lebih bertakwa demikian pendapat  para ulama‟. Abdullah ibn Mas‟ud berkata” Bala‟ itu terwakili dengan ucapan, jadi kalau engkau mengejek seseorang dengan anjing maka hendaklah engkau takut akan dirubah oleh Allah menjadi anjing”.  Oleh risikonya Islam mengajarkan semoga kita berhati-hati didalam tingkah laris juga ucapan yang akan berbalik mencelakakan diri sendiri.

3. Al hujurat ayat 12
Kemampuan berbicara ialah karunia dari Allah kepada umat insan yang sangat tinggi nilainya. Alat komunikasi ini  memegang tugas penting dalam pergaulan. Dengan tutur kata yang anggun kita akan menambah teman dan saudara. Tapi setiap pembicaraan juga harus mempunyai topic atau judul yang jelas, 

sehingga tidak melantur kemana-mana dan menjadikan hal-hal yang negative yang menjurus pada ghibah, buhtan dan bahkan fitnah yang justru akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri.  Didalam Al-Qur‟an ghibah disebut dengan tiga kalimat yang berbeda yaitu:

  • Ghibah ialah membicarakan malu atau kejelekan orang lain yangbenar-benar terjadi.
  • Buthan ialah mengada-adakan sesuatu yang tidak ada  dengan cara berdusta dan mengarang-ngarang.
  • Fitnah ialah mengakibatkan sesuatu yang tidak ada untuk mencapai suatu tujuan yang keji. Seperti tabrak domba, .menghasud, dan lain-lain. Ketiga-tiganya ialah perbuatan dosa dan sangat tercela yang sangat dihentikan oleh agama. Orang yang melakukannya hendaknya bertaubat pada Allah, berhenti untuk tidak melakukannya lagi,dan minta kehalalannya pada orang yang telah dibicarakan (dalam jghibah, buthan dan fitnah), lantaran menyangkut hablum minan-nas.


Allah memberi perumpamaan bagi orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain sebagaimana  orang yang memakan daging jenazah saudaranya  sendiri. Demikian ini dikarenakan pembicaraan malu itu bila diketahui oleh yang bersangkutan maka akan menyakiti hatinya juga  kehormatannya. Maka sebisa mungkin kita menghindarinya.

4. Al hujurat ayat 13

Islam  ialah agama kemanusiaan, dalam arti bahwa ajaran-ajarannya sejalan dengan kecenderungan alami insan berdasarkan fitrahnya yang awet (perennial).Salah satu fitrah yang perennial itu ialah insan akan tetap selalu berbeda-beda  sepanjang masa. Hanya sikap manusianya yang berbeda-beda dalam menanggapinya kalau perbedaan itu disikapi dengan tenang tanpa perselisihan maka ini termasuk rahmat dari Allah dan akan membawa kebahagiaan, tapi kalau diterima dengan perselisihan dan permusuhan maka akan menjadi pangkal kesengsaraan.
Islam juga mengajarkan ihwal penataan kekerabatan berdasarkan prinsip
keadilan sosial sehingga tidak terdapat kesenjangan yang tidak terlalu jauh yang
sanggup menjadikan konflik diantara sesama  muslim.  Diantara prinsip-prinsip
sosial tersebut antara lain:

  1. Prinsip saling mengenal (ta’aruf). Saling  mengenal  dan saling memahami akan melahirkan sifat empati, yaitu mencicipi apa yang sedang dirasakan oleh orang lain.
  2. Prinsip persaudaraan ( ukhuwah  ). Persaudaraan intinya lahir dari kedekatan keturunan atau pertalian darah. Akan tetapi pada perkembangannya persaudaraan tidak selalu berkaitan dengan kesamaan keturunan. Esensi dari persaudaraan adalahadanya keakraban dan kasih sayang yang membentuk sikap dan sikap yang khas dalam bentuk kepedulian dan perhatian.
  3. Prinsip  saling menolong (ta’awun). Prinsip ini lahir dari kesadaran keterbatasan insan serta kebutuhan hidup terhadap orang lain, lantaran insan termasuk makhluk yang tidak bias hidup sendiri (homosocius).
  4. Prinsip toleransi (tasamuh). Sikap lapang dada terhadap prinsip yang dipegang atau dianut oleh orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Islam mendorong umatnya untuk bekerja sama dalam aneka macam segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan umat beragama lain sepanjang kolaborasi dilakukan untuk kebaikan. Dalam kehidupan sehari-hari semua orang mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya tanpa ada perbedaan baik laki-laki maupun wanita, kaya dan miskin dan bermacam-macam suku bangsa, ras  maupun bahasa. Dengan demikian akan tercipta kehidupan damai, sejahtera, adil, makmur dan sentosa.

b. Makna perkata

-(يسخر) : memperolok-olok yaitu menyebut kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan orang tersebut baik dalam bentuk ucapan, tingkah maupun perbuatan.

-(القوم)    :umum diartikan orang-orang laki-laki, bukan orang perempuan.

- (تلمزوا) berasal dari kata Al Lamz yang dalam hal ini banyak versi pemaknaan dari para ulama’. Namun berdasarkan Ibnu ‘Asyur, alaj olok-olokan yang lansung dihadapkan kepada orang yang diejek
.
(التنابز)-  : At Tanabuz, yaitu saling mengejek dan pangil memanggil dengan gelar yang tidak disukai oleh seseorang.
(الاسم)-  :yang dimaksud disini bukan berarti nama, tetatpi sebutan.

اجتنبوا- : jauhilah oleh kalian

كثيرا- : bukan berarti kebanyakan, sebagaimana diterjemahkan oleh seoarang penerjemah. Tetapi maksudnya disini ialah kalau indicator dari dugaan tersebut sudah jelas, maka dosa kalau sebaliknya.

الاثم- : berarti dosa

تجسسوا-    : janganlah kalian mencari aurat dan keaibannya dengan cara menyelidikinya.

الغيبة-    :al ghibah, menyebut seseorang ihwal sesuatu yang tidak ia sukai, tidak sepengetahuan dia.

التوّاب-    : sering kali diartika akseptor taubat, namun arti ini belum sepenuhnya mencerminkan kandungan kata tawwab, walaupun kita tidak sanggup menilainya keliru.

من ذكر وانثى- : maksudnya ialah adam dan hawa.

شعوب-   : ialah bentuk jamak dari kata شَعَب yang merupakan kumpulan dari beberapa قبيلة yang berarti suku yang merujuk pada satu kakek.

تعارفوا-   : saling mengenal.

اكرمكم-   : terambil dari kata كَرَم yang intinya berarti baik dan istimewa.

ان الله عليم خبير- : bahwasanya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.
B. KONSEP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

Konsepsi toleransi dan kerukunan antar umat beragama merupakan dua bentuk  yang tak terpisahkan satu sama lain, ada kekerabatan kausalitas diantara keduanya, kerukunan berdampak pada toleransi dan sebaliknya sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan, keduanya menyangkut kekerabatan antar sesama manusia.

Jika tri kerukunan antar umat beragama, intern umat seagama, dan umat beragama dengan pemerintah terbangun serta diaplikasikan pada hidup dan kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi antar umat beragama. Atau, kalau toleransi antar umat beragama sanggup terjalin dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan masyarakat yang rukun satu sama lain. Agama ialah elemen mendasar hidup dan kehidupan manusia, 

oleh alasannya ialah itu, kebebasan untuk beragama dan tidak beragama, serta berpindah agama harus dihargai dan dijamin. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi ialah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one‟s own (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.
Dalam bahasa arab kata tasamuh/toleransi ialah samaahah  atau tasaamaha, kata ini intinya berarti kemulyaan, atau lapang dada, ramah dan suka memaafkan. 

Makna ini kemudian berubah menjadi sikap lapang dada dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia. Dengan demikian, berbeda dengan tolerance yang bermakna keterpaksaan, maka tasamuh mempunyai keutamaan lantaran bersumber pada kemuliaan diri. W.J.S Poerwadarminto menyatakan toleransi ialah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.
Dalam Islam toleransi dijelaskan dalam Al-Qur'an sanggup dengan gampang mendukung watak perbedaan dan toleransi. 

Al-Qur'an tidak hanya mengharapkan, tetapi juga mendapatkan kenyataan perbedaan dan keragaman dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Hujurat ayat 13, ayat tersebut menawarkan adanya ketatanan insan yang essensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain, insan merupakan tiap keluarga besar. Di dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran ihwal konsep tersebut. Pertama, 

penafsiran negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan, yang kedua ialah penafsiran positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya sekedar mirip pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya pertolongan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain.

Toleransi antar umat beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah berdasarkan aliran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini, tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun. Secara teknis pelaksanaan sikap toleransi antar umat beragamayang dilaksanakan di dalam masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan kebebasan dan kemerdekaan menginterpretasikan serta mengekspresikan aliran agama masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Asyari, Baiq Sri Janawati, , 2013. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al Alquran (Kajian Terhadap Surat Al Hujarat)”
Azamiyah, 2017. “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al Alquran Surah Al Hujarat 11-13”. Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam/ Vol. 6, No. 1,
Bustanul Arifin, 2016. “Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat Beragama (Fikri, Vol. 1, No. 2, Desember  )”
Nur Faizin, 2016. Skripsi: “Nilai-Nilai Kemasyarakatan Dalam Al-Quran Surat Al Hujurat Ayat 9-13(Kaijian Pemikiran Tafsir Al Misbah Karya Quraish Syihab)”, (Salatiga: IAIN Salatiga,).
Abu Ishaq Ats Tsa’labi, 2004. Al Kasyfu Wal Bayan Fi Tafsir Al Qur’an, (Beirut-Lebanon: Dar Al Kutub Al Ilmiyah,).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dan Konsep Toleransi Antar Umat Beragama"

Post a Comment