Naskah Drama dari Cerpen “Pacar Putri Duyung”
Hello mari pribadi saja ke naskah drama dari cerpen ? kisah pendek ini
Prolog :
Suatu hari, seorang laki-laki berkewarganegaraan Australia tiba ke Bali untuk berselancar. Dari keajauhan Nampak seorang anak laki-laki bersama temannya sedang mengamati peselancar itu beraktrasi di atas ombak dengan lincahnya. Anak laki-laki berusia enam tahun yang berjulukan Gede itu pun mengagumi peselancar itu dan pribadi jatuh hati pada dunia selancar.
Babak 1( di pantai Bali)
Adegan 1
Gede dan Ketut temannya, sedang membicarakan memperhatikan peselancar itu sambil membicarakan kehebatan peselancar itu.
Gede :”Ketut, coba lihat bule itu!”(menunjuk ke arah peselancar)
Ketut :”Wah! Dia hebat sekali.”(tercengang melihat peselancar itu)
Gede :”Iya, beliau hebat sekali. Andai suatu hari nanti saya sanggup menyerupai dia.”(membayangkan keinginannya)
Ketut :”Ah, rsanya sulit bagimu sanggup menyerupai dia. Hahahaha.”(menertawakan Gede)
Gede :”Huh! Lihat saja nanti! Akan kubuat kau mencabut kata-katamu nanti.”(nampak kesal)
Ketut :”Haha, iya, iyaa. Aku Cuma bercanda ko, gitu aja marah.”
Gede :”Tidak lucu tahu.”
Ketut :”Ngomong-ngomong, kemana bule itu? Dia menghilang.”(kaget)
Gede :”Ah, sudahlah jangan bercanda. Bule itu kan di………………. Eh! Kemana bule itu? Jangan-jangan beliau hilang di lautan.”(tercengang dan kaget)
Ketut :”Pasti ia terbawa ombak besar yang tadi.”
Gede :”Waduh, bagaimana ini?”(nampak khawatir)
Ketut :”Tunggu, coba lihat ke sana!”(menunjuk ke pinggir pantai)”Sepertinya itu bule yang tadi, tapi ia nampak tak sadarkan diri, papan selancarnya pun patah.”
Gede :”Yasudah, jangan membisu saja! Ayo kita bantu dia!”(berlari menuju bule itu)
Adegan 2
Gede dan Ketut mendekati badan peselancar itu.
Gede :”Ketut, apakah ia sudah meninggal?”(dengan polosnya gede berkata)
Ketut :”Mana saya tahu?”(nampak bingung)
Tiba-tiba peselancar itu mengeluarkan sisa air asin dan pasir yang tertelan, bangkit, kemudian nampak bugar kembali.
Gede :”Maaf mister, apa anda baik-baik saja?”(tercengang kaget)
Peselancar :”Oh, saya baik-baik saja.”(sambil pergi dengan sebagian patahan selancar yang masih terikat di kakinya)
Gede :”Ya ampun, orang macam apa dia? Aku tak menyangka ia masih hidup sesudah tergulung ombak hingga papan selancarnya patah.”(terkagum)
Ketut :”Entah lah, yang terpenting kini orang itu baik-baik saja.”
Gede :”Ya, kau benar.”
Adegan 3
Keesokan harinya Gede dan Ketut kembali bermain bersama. Tak disangka mereka melihat peselancar yang papan nya patah kemarin sudah berselancar lagi dengan papan yang baru.
Gede :”Ketut, bukankah itu laki-laki yang kemarin?”(menunjuk peselancar itu)
Ketut :”Iya, benar.”(menilik-nilik)
Gede :”Kira-kira, bagaimana caranya saya sanggup mencar ilmu beselancar padanya yah?”
Ketut :”Hah? Apa kau yakin?”
Gede :”Tentu saja, saya sangat kagum pada laki-laki itu. Aku juga ingin sehebat dirinya. Pasti saya nampak keren nanti.”
Ketut :”Jangan bercanda lah.”
Gede :”Aku sama sekali tidak bercanda, saya serius.”
Ketut :”Hmmmm… Oh ya! Coba saja kau menjual sesuatu padanya, kemudian mintalah beliau untuk mengajarkan mu beselancar.”
Gede :”Boleh juga idemu. Oke lah, nanti saya coba.”
Adegan 4
Untuk meminta diajariberselancar, Gede mencoba untukmenjual sesuatu pada peselancar itu dan kemudian mengutrakan keinginannya mencar ilmu selancar.
Gede :”Permisi mister, saya menjual souvenir. Silahkan dilihat-lihat.”(mengasongkan pernak pernik)
Peselancar :”Maaf de, saya sedang tidak membawa uang.”
Gede :”Oh iya, tidak apa-apa. Mister hebat sekali berselancarnya.”
Peselancar :”Ah, tidak, biasa saja. Kalau tidak salah kau anak yang saya temui ketika saya tergulung ombak.”
Gede :”Benar mister, saya kagum sekali melihat mister. Kalau boleh, saya juga ingin mencar ilmu berselancar pada mister.”
Peselancar :”Oh, boleh saja. Tapi sayatidak akan usang tinggal di sini.”
Gede :”Yang benar mister? Tidak apa-apa, yang penting saya sanggup mencar ilmu dengan mister.”
Peselancar :”Kalau begitu, besok kau bawa papan selancar mu untuk berlatih bersama saya.”
Gede :”Siap mister, terimakasih ya mister.”
Peselancar :”Iya, sama-sama.”
Gede berlatih bersama peselancar itu, kemudian ia pun tumbuh menjadi peselancar yang handal.
Babak 2 (di Perth Australia Barat)
Adegan 5
Gede yang kini peselancar yang handal, mengikuti kompetisi berselancar yang diadakan di Australia. Ia pergi ke sana bersama tim nya.
Nyoman :”Ingat lah Gede, kau harus berhati-hati. Di bahari ini terdapat hiu putih yang sanggup tiba-tiba saja membunuhmu.”
Gede :”Sudah, damai saja. Aku tidak akan meninggal disini, mungkin saja saya meninggal alasannya yaitu tertabrak bus.”
Nyoman :”Jangan berkata menyerupai itu! Sekarang focus pada kompetisi itu.”
Gede :”Siap komandan.”
Adegan 6
Hari itu cerah. Ratusan orang berkumpul di pantai Perth. Tibalah saatnya Gede untuk berlaga di depan para juri.
Komentator :”Ini dia, peselancar selanjutnya berasal ari Indonesia, Gede. Ya, sanggup kita saksikan ketika ini ia sedang mencari ombak yang tepat. Oh! Ternyata ia sudah menentukan ombak dan ia berdiri di atas papan selancarnya dengan lihai. Bisa kita lihat kini ombak membentuk sebuah terowongan, Gede masuk ke dalamnyadan menyentuh dinding terowongan air itu dengan tangannya. Sungguh luar biasa!.”
Di dalam terowonganombak itu, Gede melihat sesosok makhluk.
Gede :”Putri Duyung?”
Makhluk itu pergi dengan cepat ke dalam air.
Gede :”Hey tunggu!.”
Komentator :”Oh, tidak! Apa itu? Gede ketika ini mulai kehilangan keseimbangannya.”
Gede terjatuh dari papan seancarnya dan tak sadarkan diri.
Adegan 7
Gede tersadar sesudah menerima pinjaman dari tim medis.
Nyoman :”Huuuhh.. Syukurlah kau selamat.”
Gede :”Tenang saja, saya hanya kehilangan keseimbangan kemudian tenggelam.”
Nyoman :”Hanya kehilangan keseimbangan dan karam katamu? Tadi sempurna di samping mu ada hiu putih. Bisa saja kau habis dimakannya.”
Gede :”Hiu putih apa maksudmu?”
Nyoman :”Lihat foto ini, sempurna di sampingmu itu yaitu hiu putih.”(memperlihatkan foto)
Gede :”Bukan, itu bkan hiu, tapi putrid duyung yang sangat cantik.”
Nyoman :”Sudah jelas-jelas ini yaitu hiu. Kau ini berkhayal saja. Sudahlah, kini yang terpenting kau baik-baik saja.”
Gedepun kembali ke Bali
Epilog :
Foto tak sanggup berbohong. Itu bukti yang tak terbantahkan, Gede pun tutup lisan soal putrid duyung elok yang ia temui. Tak usang kemudian ia tetapkan untuk berhenti mengikuti kompetisi. Ia membuka perjuangan penginapan di pinggir pantai. Kini ia lebih suka berdiam diri di bibir pantai memandangi laut. Jika ada yang bertanya sedang apa, ia selalu menjawab “Aku sedang menunggu pacarku, si Putri Duyung.”
Naskah Drama dari Cerpen Kisah Nyata
Prolog :
Minggu pagi, Irfa dan temannya yang berjulukan Sarah pergi ke alun-alun Bajaran untuk berolahraga bersama. Mereka bermain bulu tangkis di sana.
Babak 1 (di Alun-alun Banjaran)
Adegan 1
Irfa dan Sarah asyik bermain badminton, hingga balasannya Sarah merasa kelelahan.
Sarah :”Irfa, saya cape. Kita istirahat sebentar yah?”(duduk di pinggir alun-alun)
Irfa :”Iya, ayo. Tapi saya masih mau bermain badminton.”
Datang seorang bapak yang mengajak Irfa bermain badminton.
Pak Uus :”Neng, main nya sama bapak saja.”
Irfa :”Oh iya pak.”
Pak Uus :”Kenapa itu temannya?”(menunjuk Sarah)
Irfa :”Katanya cape pak.”
Pak Uus :”Oh, kecapean ya. Yasudah ayo kita main.”
Irfa dan Pak Uus pun bermain badminton, sementara Sarah menonton sambil beristirahat.
Adegan 2
Tak berapa usang Pak Uus pun merasa kecapean dan hendak pulang.
Pak Uus :”Neng, sudah dulu ya. Bapak sudah tidak kuat.”(memegang pinggang)
Irfa :”Oh, iya pak.”
Pak Uus :”Neng, sekolah dimana?”
Irfa :”Di SMPN 2 Banjara.”
Pak Uus :”Oh, guru olahraganya Pak Maman bukan?”
Irfa :”Iya pak.”
Pak Uus :”Bapak juga kemarin dari SMPN 2 Banjaran. Mau nganter yang lomba FLS2N.”
Irfa :”Oh, iya pak. Memang kemarin diselenggarakannya di sana”
Pak Uus :”Nih, topi yang bapak pakai pun ini dari Pak Maman kemarin.”(menunjuk topi)
Irfa :”Oh, begitu ya pak.”
Pak Uus :”Iya, neng tolong titip salam yah ke Pak Maman. Tolong sampaikan dari Pak Uus kepala sekolah SMPN 2 Arjasari.”
Irfa :”Iya pak, siap.”
Pak Uus :”Kalo begitu, bapak pulang duluan ya neng.”
Irfa :”Iya pak, hati-hati.”
Adegan 3
Irfa dan Sarah duduk di pinggir alun-alun.
Sarah :”Fa, yang tadi itu siapa?”
Irfa :”Katanya kepala sekolah SMPN 2 Arjasari, terus kenal deket sama guru olahraga saya jadi bapak itu nitip salam ke guru aku.”
Sarah :”Oh gitu.”
Irfa :”Sar, liat! Ada yang mau latihan drumband disini.”(menunjuk pasukan drumband)
Sarah :”Wah? Kita nonton dulu yuk?”
Irfa :”Iya ayo!”
Sarah dan Irfa menonton pasukan drumband yang sedang berlatih.
Sarah :”Fa, udah siang nih. Kita pulang yu?”(melihat jam tangan)
Irfa :”Oh, yasudah ayo.”
Epilog :
Setelah menonton Pasukan drumband yang sedang berlatih di alun-alun, Sarah dan Irfa pun pulang ke rumah nya masing-masing.
sekian saja naskah drama dari cerpen.
Babak 1( di pantai Bali)
Adegan 1
Gede dan Ketut temannya, sedang membicarakan memperhatikan peselancar itu sambil membicarakan kehebatan peselancar itu.
Gede :”Ketut, coba lihat bule itu!”(menunjuk ke arah peselancar)
Ketut :”Wah! Dia hebat sekali.”(tercengang melihat peselancar itu)
Gede :”Iya, beliau hebat sekali. Andai suatu hari nanti saya sanggup menyerupai dia.”(membayangkan keinginannya)
Ketut :”Ah, rsanya sulit bagimu sanggup menyerupai dia. Hahahaha.”(menertawakan Gede)
Gede :”Huh! Lihat saja nanti! Akan kubuat kau mencabut kata-katamu nanti.”(nampak kesal)
Ketut :”Haha, iya, iyaa. Aku Cuma bercanda ko, gitu aja marah.”
Gede :”Tidak lucu tahu.”
Ketut :”Ngomong-ngomong, kemana bule itu? Dia menghilang.”(kaget)
Gede :”Ah, sudahlah jangan bercanda. Bule itu kan di………………. Eh! Kemana bule itu? Jangan-jangan beliau hilang di lautan.”(tercengang dan kaget)
Ketut :”Pasti ia terbawa ombak besar yang tadi.”
Gede :”Waduh, bagaimana ini?”(nampak khawatir)
Ketut :”Tunggu, coba lihat ke sana!”(menunjuk ke pinggir pantai)”Sepertinya itu bule yang tadi, tapi ia nampak tak sadarkan diri, papan selancarnya pun patah.”
Gede :”Yasudah, jangan membisu saja! Ayo kita bantu dia!”(berlari menuju bule itu)
Adegan 2
Gede dan Ketut mendekati badan peselancar itu.
Gede :”Ketut, apakah ia sudah meninggal?”(dengan polosnya gede berkata)
Ketut :”Mana saya tahu?”(nampak bingung)
Tiba-tiba peselancar itu mengeluarkan sisa air asin dan pasir yang tertelan, bangkit, kemudian nampak bugar kembali.
Gede :”Maaf mister, apa anda baik-baik saja?”(tercengang kaget)
Peselancar :”Oh, saya baik-baik saja.”(sambil pergi dengan sebagian patahan selancar yang masih terikat di kakinya)
Gede :”Ya ampun, orang macam apa dia? Aku tak menyangka ia masih hidup sesudah tergulung ombak hingga papan selancarnya patah.”(terkagum)
Ketut :”Entah lah, yang terpenting kini orang itu baik-baik saja.”
Gede :”Ya, kau benar.”
Adegan 3
Keesokan harinya Gede dan Ketut kembali bermain bersama. Tak disangka mereka melihat peselancar yang papan nya patah kemarin sudah berselancar lagi dengan papan yang baru.
Gede :”Ketut, bukankah itu laki-laki yang kemarin?”(menunjuk peselancar itu)
Ketut :”Iya, benar.”(menilik-nilik)
Gede :”Kira-kira, bagaimana caranya saya sanggup mencar ilmu beselancar padanya yah?”
Ketut :”Hah? Apa kau yakin?”
Gede :”Tentu saja, saya sangat kagum pada laki-laki itu. Aku juga ingin sehebat dirinya. Pasti saya nampak keren nanti.”
Ketut :”Jangan bercanda lah.”
Gede :”Aku sama sekali tidak bercanda, saya serius.”
Ketut :”Hmmmm… Oh ya! Coba saja kau menjual sesuatu padanya, kemudian mintalah beliau untuk mengajarkan mu beselancar.”
Gede :”Boleh juga idemu. Oke lah, nanti saya coba.”
Adegan 4
Untuk meminta diajariberselancar, Gede mencoba untukmenjual sesuatu pada peselancar itu dan kemudian mengutrakan keinginannya mencar ilmu selancar.
Gede :”Permisi mister, saya menjual souvenir. Silahkan dilihat-lihat.”(mengasongkan pernak pernik)
Peselancar :”Maaf de, saya sedang tidak membawa uang.”
Gede :”Oh iya, tidak apa-apa. Mister hebat sekali berselancarnya.”
Peselancar :”Ah, tidak, biasa saja. Kalau tidak salah kau anak yang saya temui ketika saya tergulung ombak.”
Gede :”Benar mister, saya kagum sekali melihat mister. Kalau boleh, saya juga ingin mencar ilmu berselancar pada mister.”
Peselancar :”Oh, boleh saja. Tapi sayatidak akan usang tinggal di sini.”
Gede :”Yang benar mister? Tidak apa-apa, yang penting saya sanggup mencar ilmu dengan mister.”
Peselancar :”Kalau begitu, besok kau bawa papan selancar mu untuk berlatih bersama saya.”
Gede :”Siap mister, terimakasih ya mister.”
Peselancar :”Iya, sama-sama.”
Gede berlatih bersama peselancar itu, kemudian ia pun tumbuh menjadi peselancar yang handal.
Babak 2 (di Perth Australia Barat)
Adegan 5
Gede yang kini peselancar yang handal, mengikuti kompetisi berselancar yang diadakan di Australia. Ia pergi ke sana bersama tim nya.
Nyoman :”Ingat lah Gede, kau harus berhati-hati. Di bahari ini terdapat hiu putih yang sanggup tiba-tiba saja membunuhmu.”
Gede :”Sudah, damai saja. Aku tidak akan meninggal disini, mungkin saja saya meninggal alasannya yaitu tertabrak bus.”
Nyoman :”Jangan berkata menyerupai itu! Sekarang focus pada kompetisi itu.”
Gede :”Siap komandan.”
Adegan 6
Hari itu cerah. Ratusan orang berkumpul di pantai Perth. Tibalah saatnya Gede untuk berlaga di depan para juri.
Komentator :”Ini dia, peselancar selanjutnya berasal ari Indonesia, Gede. Ya, sanggup kita saksikan ketika ini ia sedang mencari ombak yang tepat. Oh! Ternyata ia sudah menentukan ombak dan ia berdiri di atas papan selancarnya dengan lihai. Bisa kita lihat kini ombak membentuk sebuah terowongan, Gede masuk ke dalamnyadan menyentuh dinding terowongan air itu dengan tangannya. Sungguh luar biasa!.”
Di dalam terowonganombak itu, Gede melihat sesosok makhluk.
Gede :”Putri Duyung?”
Makhluk itu pergi dengan cepat ke dalam air.
Gede :”Hey tunggu!.”
Komentator :”Oh, tidak! Apa itu? Gede ketika ini mulai kehilangan keseimbangannya.”
Gede terjatuh dari papan seancarnya dan tak sadarkan diri.
Adegan 7
Gede tersadar sesudah menerima pinjaman dari tim medis.
Nyoman :”Huuuhh.. Syukurlah kau selamat.”
Gede :”Tenang saja, saya hanya kehilangan keseimbangan kemudian tenggelam.”
Nyoman :”Hanya kehilangan keseimbangan dan karam katamu? Tadi sempurna di samping mu ada hiu putih. Bisa saja kau habis dimakannya.”
Gede :”Hiu putih apa maksudmu?”
Nyoman :”Lihat foto ini, sempurna di sampingmu itu yaitu hiu putih.”(memperlihatkan foto)
Gede :”Bukan, itu bkan hiu, tapi putrid duyung yang sangat cantik.”
Nyoman :”Sudah jelas-jelas ini yaitu hiu. Kau ini berkhayal saja. Sudahlah, kini yang terpenting kau baik-baik saja.”
Gedepun kembali ke Bali
Epilog :
Foto tak sanggup berbohong. Itu bukti yang tak terbantahkan, Gede pun tutup lisan soal putrid duyung elok yang ia temui. Tak usang kemudian ia tetapkan untuk berhenti mengikuti kompetisi. Ia membuka perjuangan penginapan di pinggir pantai. Kini ia lebih suka berdiam diri di bibir pantai memandangi laut. Jika ada yang bertanya sedang apa, ia selalu menjawab “Aku sedang menunggu pacarku, si Putri Duyung.”
Naskah Drama dari Cerpen Kisah Nyata
Prolog :
Minggu pagi, Irfa dan temannya yang berjulukan Sarah pergi ke alun-alun Bajaran untuk berolahraga bersama. Mereka bermain bulu tangkis di sana.
Babak 1 (di Alun-alun Banjaran)
Adegan 1
Irfa dan Sarah asyik bermain badminton, hingga balasannya Sarah merasa kelelahan.
Sarah :”Irfa, saya cape. Kita istirahat sebentar yah?”(duduk di pinggir alun-alun)
Irfa :”Iya, ayo. Tapi saya masih mau bermain badminton.”
Datang seorang bapak yang mengajak Irfa bermain badminton.
Pak Uus :”Neng, main nya sama bapak saja.”
Irfa :”Oh iya pak.”
Pak Uus :”Kenapa itu temannya?”(menunjuk Sarah)
Irfa :”Katanya cape pak.”
Pak Uus :”Oh, kecapean ya. Yasudah ayo kita main.”
Irfa dan Pak Uus pun bermain badminton, sementara Sarah menonton sambil beristirahat.
Adegan 2
Tak berapa usang Pak Uus pun merasa kecapean dan hendak pulang.
Pak Uus :”Neng, sudah dulu ya. Bapak sudah tidak kuat.”(memegang pinggang)
Irfa :”Oh, iya pak.”
Pak Uus :”Neng, sekolah dimana?”
Irfa :”Di SMPN 2 Banjara.”
Pak Uus :”Oh, guru olahraganya Pak Maman bukan?”
Irfa :”Iya pak.”
Pak Uus :”Bapak juga kemarin dari SMPN 2 Banjaran. Mau nganter yang lomba FLS2N.”
Irfa :”Oh, iya pak. Memang kemarin diselenggarakannya di sana”
Pak Uus :”Nih, topi yang bapak pakai pun ini dari Pak Maman kemarin.”(menunjuk topi)
Irfa :”Oh, begitu ya pak.”
Pak Uus :”Iya, neng tolong titip salam yah ke Pak Maman. Tolong sampaikan dari Pak Uus kepala sekolah SMPN 2 Arjasari.”
Irfa :”Iya pak, siap.”
Pak Uus :”Kalo begitu, bapak pulang duluan ya neng.”
Irfa :”Iya pak, hati-hati.”
Adegan 3
Irfa dan Sarah duduk di pinggir alun-alun.
Sarah :”Fa, yang tadi itu siapa?”
Irfa :”Katanya kepala sekolah SMPN 2 Arjasari, terus kenal deket sama guru olahraga saya jadi bapak itu nitip salam ke guru aku.”
Sarah :”Oh gitu.”
Irfa :”Sar, liat! Ada yang mau latihan drumband disini.”(menunjuk pasukan drumband)
Sarah :”Wah? Kita nonton dulu yuk?”
Irfa :”Iya ayo!”
Sarah dan Irfa menonton pasukan drumband yang sedang berlatih.
Sarah :”Fa, udah siang nih. Kita pulang yu?”(melihat jam tangan)
Irfa :”Oh, yasudah ayo.”
Epilog :
Setelah menonton Pasukan drumband yang sedang berlatih di alun-alun, Sarah dan Irfa pun pulang ke rumah nya masing-masing.
sekian saja naskah drama dari cerpen.
0 Response to "Naskah Drama Dari Cerpen Dongeng Pendek"
Post a Comment