Seorang anak seharusnya bersikap baik dan mengasihi kedua orang tuanya, lantaran tak ada orang yang lebih berhak mendapatkan rasa hormat dan kasih sayang seorang anak selain kedua orang tuanya. Sejatinya seorang anak tak akan bisa membalas segala kasih sayang serta perhatian yang pernah di berikan orang tuanya semasa hidup menskipun beliau menjual segala yang beliau punya dalam hidupnya. Namun sayang beberapa anak tak menyadari hal ini dan kadang bersikap bernafsu bahkan memaki orang tuanya. Hingga dalam beberapa masalah bahkan ada yang tega membunuh orang tuanya hanya lantaran sebuah alasan sepele yang tak masuk akan, berikut ini anehdidunia.com telah merangkum beberapa Kasus Anak Durhaka Yang Membunuh Orang Tuanya, versi anehdidunia.com
Daniel Bartlam
Entah apa yang ada di pikiran seorang cukup umur tanggung berjulukan Daniel Bartlam. Mengaku terinspirasi oleh dongeng dari sebuah opera sabun (Semacam Sinetron) yang berjudul "Coronation Street", cukup umur tanggung ini tega membunuh Ibunya sendiri dengan cara yang sangat sadis yaitu dengan menghamtam Ibunya berkali-kali dengan palu hingga sang Ibu tak bernyawa. Tak cukup hingga disitu untuk menghilangkan jejak pembunuhanya, sesudah membantai Ibunya beliau juga menyeret sang Ibu ke kamar kemudian menyiramnya dengan bensin dan mengkremasi seluruh rumahnya hingga rata dengan tanah.
Saat polisi tiba ke daerah insiden masalah Daniel dengan hening menunjukkan keterangan bahwa sang Ibu telah di bunuh oleh orang yang menyusup yang masuk ke rumah mereka, tapi sesudah di interogasi lebih lanjut Daniel kesannya mengaku bahwa dialah yang membunuh sang Ibu. Daniel berdalih bahwa malam itu beliau dan sang Ibu bertengkar dan saling laga mulut, hingga Daniel hilang kendali dan memukul sang Ibu dengan palu berkali-kali sampai sang Ibu meninggal dunia. Tapi detektif yang menangani masalah ini tak percaya begitu saja, terlebih sesudah ditemukanya sebuah file dalam filder buangan di komputer Daniel yang berisi dongeng perihal seorang huruf berjulukan Daniel Bartlam yang membunuh Ibunya dengan cara dan kronologi yang persis sama, denga masalah ini membunuh dengan palu, mayatnya di sembunyikan kemudian memusnahkan barang bukti. dengan segala bukti ini para juri yang ada para juri dalam peradilan Daniel tak menemukan keraguan perihal pembunuhan berencana yang di lakukan Daniel dan menjatuhinya eksekusi penjara minimal 16 tahun.
Marcelo Pesseghini
Marcelo Pesseghini ialah nama dari seorang bocah berusia 13 tahun asal Brazil sekaligus merupakan putra dari seorang polisi berjulukan Luiz Pesseghini. Jika kita lihat sekilas tak ada yang Istimewa dari Marcelo, tapi siapa sangka bocah bertubuh gempal ini tega membunuh seluruh anggota keluarganya. Kejadian mengerikan di keluarga Passeghini terjadi pada malam 4 Agustus 2013, ketika itu Marcelo dengan hening berjalan keruang tamu rumahnya sambil membawa pistol polisi milik sang Ayah, kemudian membunuh seluruh anggota keluarganya, yaitu kedua orang tuanya, sang bibi dan juga neneknya. Setelah selesai membantai keluarganya, Marcelo dengan pergi ke sekolah dengan mengendarai kendaraan beroda empat milik Ibunya seolah tak terjadi apa-apa, sambil membawa dua buah pistol, satu pistol yang beliau gunakan untuk membunuh keluarganya dan sebuah pistol lagi yang beliau sembunyikan di dalam tas ransel miliknya. Kejadian pembunuhan ini masih belum terendus polisi hingga Marcelo pulang kerumahnya kemudian menetapkan untuk bunuh diri dengan pistol yang sama dengan yang beliau gunakan untuk membunuh keluarganya.
Polisi yang tiba ke daerah insiden masalah awalnya sempat galau dengan apa yang terjadi, hingga menemukan fakta perbedaan waktu ajal antara Marcelo dan keluarganya yang berselang satu hari, hal ini di perkuat dengan proyetil peluru yang di temukan pada keluarga Pesseghini sama persis dengan peluru yang di keluarkan oleh pistol yang di gunakan Marcelo untuk bunuh diri. Seorang sahabat Marcelo di sekolah juga menunjukkan keterangan bahwa Marcelo mempunyai harapan untuk menjadi seorang pembunuh bayaran. Hal ini di perkuat dengan sebuah status yang di unggah Marcelo di media sosialnya sempurna sebelum membunuh seluruh anggota keluarganya, status itu berisi perihal tumpuan membunuh menyerupai yang ada di film The Amityville Horror. Film ini pulalah yang di duga menjadi sember Inspirasi Marcelo untuk membantai seluruh anggota keluarganya. Namun sebuah teori lain muncul bahwa keluarga Passeghini termasuk Marcelo merupakan korban pembunuhan dari sindikat narkoba dan juga para polisi korup yang ada di Brazil.
Robert dan Jeffrey Dingman
Kasus anak durhaka yang membunuh orangtuanya berikutnya terjadi pada tahun 1996. Hanya lantaran tak suka dengan hukum yang orang renta mereka menetapkan serta mengaku merasa terganggu dengan omelan ke duanya, dua bersaudara Robert (17) dan Jeffrey Dingman (14) secara kompak menetapkan untuk menembak kedua orang tuanya dengan pistol hingga mati. Selama berbulan bulan dua anak durhaka ini merencanakan untuk membunuh kedua orang tuanya, mencari cara terapih untuk melancarakan planning jahat jahat mereka. Keduanya telah memikirkan banyak sekali macam cara mulai dari meracuni kedua orang taunya, hingga mencoba untuk menciptakan kedua orang tuanya terlihat seakan-akan mati tenggelam. Hingga kesannya kedua bersaudara ini menetapkan untuk menembak mati Ayah dan Ibunya dengan pistol.
Sang putra bungsu Jefrrey ialah orang yang pertama menembak kedua orang tuanya, namun tembakan itu hanya melukai Ayah dan Ibunya, hingga sang abang Robert mengambil alih dan menembak kedua orang tuanya hingga tak bernyawa lagi. Setelah membantai kedua orang tuanya mereka dengan santai memasukan jasad kedua orang tuanya dalam kantong plastik sampah dan menenbunyikan masing-masing kantong itu di loteng dan ruang bawah tanah. Dan tanpa rasa bersa;ah keduanya kemudian mengadakan pesta sambil memanggil teman-temanya, mereka berkata pada teman-temanya bahwa kedua orang tuanya sedang berlibur keluar kota.
Kasus ini mulai terbongkar ketika salah satu pekerja paruh waktu di daerah Orang renta Robert dan Jeffrey, melapor pada polisi lantaran bosnya tak kunjung tiba ketempat kerja. Berkat hal inilah kejahatan dua anak durhaka ini terbongkar, dan pada persidangan tampaknya kekompakan dua bersaudara ini kesannya pecah ketika Jeffrey menetapkan untuk m bersaksi melawan sang abang Robert, berkat tidakanya ini Jeffrey hanya mendapatkan eksekusi 30 tahun penjara sedangkan sang abang Robert harus menjalani sisa unurnya di dalam perjara akhir eksekusi penjara seumur hidup.
Marie Robards
Kehidupan Marie Robards gotong royong tergolong sempurnya, gadis yang di kenal sebagai pelajar berprestasi di sekolah ini, nampak menyerupai seorang anak yang polos dan baik, tak akan pernah ada yang menduga gadis muda ini merupakan orang yang tega membunuh. Tapi tampaknya kita memang tak bisa menilai buku dari sampulnya, Pada tahun 1993 Ayah dari Marie, tiba-tiba saja meninggal tanpa lantaran yang jelas, namun dalam proses otopsi tak di temukan hal yang mencurigakan, hingga akhirnya, kenatian Ayah dari Marie Robards di nyatatakan sebagai ajal yang wajar.
Marie Robards gotong royong bisa lolos dari "kejahatan Sempurnya" andai saja rasa bersalah tak menghantuinya. Akibat rasa bersalah ini Marie kesannya mengakui kejahatanya ini pada pihak kepolisian, beliau mengaku telah membunuh Ayahnya dengan zat yang berjulukan Barium Asetat (Bahan kimia yang di gunakan dalam pelarut noda), Marie mengakui bahwa beliau telah mencampur zat berbahaya itu dalam amakan Ayahnya hingga sang Ayah meninggal. Racun ini luput dari investigasi tim otopsi lantaran mahalnya alat untuk menilik racun pada ketika itu.
Saat ditanyai polisi kenapa beliau membunuh sang Ayah, Marie dengan hening menjawab bahwa semua itu beliau lakukan lantaran Ia ingin tinggal bersama sang Ibu sesudah perceraian kedua orang tuanya. Dan dalam benaknya membunuh sang Ayah ialah cara satu-satunya baginya supaya beliau bisa tinggal bersama sang Ibu. Meskipun begitu Marie mengaku gotong royong niat awalnya untuk menciptakan sang Ayah sakit. Karena tindakan kejinya ini Marie dijatuhi eksekusi 28 tahun penjara, dengan kemungkinan untuk mengajukan banding sesudah 7 tahun.
Marie Robards gotong royong bisa lolos dari "kejahatan Sempurnya" andai saja rasa bersalah tak menghantuinya. Akibat rasa bersalah ini Marie kesannya mengakui kejahatanya ini pada pihak kepolisian, beliau mengaku telah membunuh Ayahnya dengan zat yang berjulukan Barium Asetat (Bahan kimia yang di gunakan dalam pelarut noda), Marie mengakui bahwa beliau telah mencampur zat berbahaya itu dalam amakan Ayahnya hingga sang Ayah meninggal. Racun ini luput dari investigasi tim otopsi lantaran mahalnya alat untuk menilik racun pada ketika itu.
Saat ditanyai polisi kenapa beliau membunuh sang Ayah, Marie dengan hening menjawab bahwa semua itu beliau lakukan lantaran Ia ingin tinggal bersama sang Ibu sesudah perceraian kedua orang tuanya. Dan dalam benaknya membunuh sang Ayah ialah cara satu-satunya baginya supaya beliau bisa tinggal bersama sang Ibu. Meskipun begitu Marie mengaku gotong royong niat awalnya untuk menciptakan sang Ayah sakit. Karena tindakan kejinya ini Marie dijatuhi eksekusi 28 tahun penjara, dengan kemungkinan untuk mengajukan banding sesudah 7 tahun.
Ananda Fitria
Entah apa yang merasuki seorang cukup umur putri asal Gorontalo, berjulukan Ananda Fitria hingga ini, terlintas dibenaknya untuk membunuh Ayah kandungya sendiri Nasir Mahmud. Remaja putri ini mengaku kesal lantaran hubunganya dengan sang kekasih berjulukan Opin Heda tak direstui oleh sang Ayah. Rencana keji itu mulai muncul pada sabtu 7 Mei 2016, ketika Fitria menelpon pacarnya untuk tiba kerumah dan merencanakan pembunuhan terhadap Ayahnya sendiri. Dari pertemuan ini Fitri dan Opin berencana untuk membunuh Nasir Mahmud pada tengah malam, sesuai dengan yang telah mereka rencanakan Opin kembali tiba kerumah itu pada pukul 02.00 Wita dan masuk kerumah denga kunci yang sebelumnya telah disiapkan san kekasih di ventilasi rumah itu.
Selama di dalam rumah Opin terus bersembunyi di balik sofa sambil terus bekomunikasi dengan Fitria lewat pesan bbm, menunggu intruksi dari sang pacar untuk menghabisi Nasir. Ketika Nasir kesannya tertidur lelap kedua sejoli yang tengah di mabuk asmara ini pribadi melancarkan aksinya, dengan berbekan sebuah bantal Fitria membekap Ayahnya yang sedang tertidur lelap, sementara kekasihnya Opin menikam leher Ayahnya, Nasir awalnya sempat melawan hingga pisau di lehernya melukai tangan Fitri, tapi tikaman Opin yang bertubi-tubi kesannya menciptakan laki-laki berusia 60 tahun ini tak berdaya dan kesannya meninggal dunia. Keributan di kamar Nasir ini sempat membangunkan Tante tersangka yang tinggal di rumah itu, yang kesannya tiba untuk memeriksa. Namun pintu kamar itu tak bisa di buka lantaran di tahan oleh Fitria. Karena panik pasangan ini sempat berpura-pura mati dalam kamar ketika polisi datang. Tapi tindakan konyol ini tak sanggup membodohi polisi yang kesannya menggelandang ke duanya ke kantor polisi.
Referensi :
/search?q=23/10-terrifying-examples-of-children-murdering-their-parents/
http://www.huffingtonpost.com/2013/08/07/marcelo-pesseghini-brazil-murders-family_n_3716596
http://www.tribunnews.com/regional/2016/05/09/seorang-gadis-dan-pacarnya-tega-bunuh-ayah-karena-hubungan-tidak-direstui
0 Response to "Kasus Anak Durhaka Yang Membunuh Orang Tuanya"
Post a Comment